Sebelum ku mulai. Boleh baca ini sambil mendengarkan lagunya Tulus yang "Hati-hati dijalan" 😊
Ya, selama ini kamulah tokoh utamanya. Hampir semua cerita, selalu kamu pusatnya. Tapi sepertinya ini akan menjadi postingan terakhir yang menceritakan kamu. I'm done. Sudah cukup 6 tahun belakangan ini kamu menjadi tokoh utamanya.
Mari kita ingat sedikit tentang hal yang pernah kita lalui sebelum aku benar-benar menutup cerita ini.
Kamu ingat, tahun pertama dikampus kita pernah berada disatu organisasi dan dibidang yang sama. Itu adalah saat pertama aku melihatmu. Saat itu tak ada banyak hal yang kita lakukan.
Ditahun kedua, aku masih melihatmu sama seperti laki-laki yang lain, hanya sebatas teman. Saat itu aku kagum dengan jiwa kepemimpinanmu.
Ditahun ketiga kita dipertemukan lagi diorganisasi yang sama. Disinilah rasaku mulai muncul. Kita sering bercanda, bertukar cerita, berdiskusi, dan lainnya. Salahku dari awal sudah menaruh rasa kepadamu. Mungkin selama ini juga aku yang salah mengartikan semua perlakuan baikmu. Aku yang terlalu berlebihan.
Kamu ingat saat kita ada agenda tentang beasiswa? Aku ingat saat kita berberes ruangan. Disaat aku dan yang lain sedang mengangkat pot-pot bunga untuk dikembalikan ketempat semula dan ternyata salah.
"Potnya udah aku letak dimushola ya semuanya" ujarku.
"Aduh sayang, kenapa disana? Letaknya digedung depan" ujarmu.
Kamu tahu saat itu aku sangat terkejut. "Tuhan, ini aku yang salah dengar? Atau dia yang salah ucap?". Sepulang dari agenda tersebut, kamu berhasil membuat aku tersenyum-senyum sepanjang hari.
Kamu ingat saat kita makan sate dipinggir jalan? Didalam mobil kamu ambil posisi duduk ditengah diantara aku dan temanku. Sepanjang perjalanan banyak yang kita bahas, hingga keluar celetukmu tentang menikah.
"Biasanya perempuan yang sering nikah muda" ujarmu.
"Nggak sih aku" spontan jawabku.
"Aku kayaknya usia 25-an" jawabmu lagi.
"Aku juga kayaknya diusia segitu".
Beberapa menit kemudian kita sampai ditempat sate. Disitu adalah momen selfie kita pertama kali. Ya bukan cuma kita berdua sih, ada teman-teman juga. Btw aku masih menyimpan fotonya.
Kamu ingat, kamu pernah memberikan pin hp-mu kepadaku. Ya menurutku itu hal yang sangat privasi tapi kenapa kamu bisa sepercaya itu kepadaku? Kamu juga pernah bercerita tentang keluargamu, memberitahuku alamat rumahmu dan rumah nenekmu.
"Kenapa ngasi tahu alamat nenekmu?"
"Ya kalau ada apa-apa sama aku, kamu bisa ngabarin keluargaku".
Dan kamu pernah bercerita bahwa kamu sudah lama gak pulang kerumah.
"Aku udah lama gak pulang"
"Kenapa?"
"Jadwal kuliahku padat dan sering berubah-ubah"
"Kalau ada waktu sempatkan pulang ya kan dekat, sementara ini telfonan aja dulu sama orang rumah".
Diagenda berikutnya, dimana aku yakin sepertinya kamu yang aku cari. Kamu ingat kita ngadain agenda leadership? Ya, dimalam itu ketika agenda hampir selesai dan kita berkemas barang.
"Kenapa gak bilang sih, kan bisa aku bantu" ujarmu.
"Cuma dikit kok".
"Ya sama-samalah. Kayak nanti kalau sudah menikah, pekerjaan rumah tangga harus dikerjakan bersama."
"Nah ini bener" celetuk temanku.
"Sama halnya uang istri ya punya istri, uang suami ya punya istri" jawabmu lagi.
Kamu tahu saat itu aku cuma tersenyum. Ntah kenapa aku senang sekali mendengar ucapamu.
Ya, aku akui selama ini aku terlihat cuek didepanmu. Sebenarnya aku hanya menutupi perasaanku. Aku tak ingin orang-orang tahu termasuk kamu. Ntahlah rasanya saat itu aku merasa tak pantas saja untuk bersamamu.
Kamu ingat saat kita bekerjasama dengan kampus lain? Kita berencana berjualan dihari minggu. Subuhnya aku menghubungimu.
"Kamu ada pegang kunci? Kunciku dipinjam sama junior" ujarku.
"Ada. Kenapa? Aku antar kuncinya ya?" balasmu cepat.
"Gak usah deh, ntar bolak balik. Aku langsung kesitu aja"
"Kenapa? Gak apa aku antar".
Setelah kita bertemu ditempat jualan, kita nongkrong diatas motor. Ada temanku yang lagi pdkt-an disebelah kita. Teman perempuanku terjatuh dari tempat duduknya dan ditolong oleh teman laki-lakiku. Terus aku juga mau duduk dimotor tapi gak jadi.
"Gak jadi deh, ntar jatuh juga" ujarku saat itu.
"Kan ada aku. Ah kamu sih gak peka"
"Ha? Maksusnya?"
"Nah kan gak peka, susah ih"
Hai, saat itu aku tahu maksudmu. Aku hanya ingin memastikannya saja.
Sepulang dari berjualan, kita kembali ke kampus. Dari yang ramai hingga tersisa kita berdua diruangan. Ya, cuma aku dan kamu. Aku berada didepanmu sambil berbenah berkas dilaptop dan kamu didepanku sedang berbaring dikursi. Sungguh saat itu aku deg-degan. Fokusku terpecah. Antara laptop dan melihatmu tertidur. Secepatnya aku menyelesaikan tugasku dan aku mencoba membangunkanmu untuk pamitan.
"Aku pulang duluan ya" ujarku.
"Hmm" jawabmu sambil setengah sadar.
"Kamu masih mau disini? Aku tutup ya pintunya?"
"Kamu mau kemana?" kamu tersadar dan langsung duduk.
"Aku mau pulang dulu sebentar, nanti rapat aku datang lagi"
"Oh iya, hati-hati ya"
Aku takut kalau kita cuma berdua didalam ruangan. Aku takut ada yang salah paham. Makanya aku memutuskan untuk pulang.
Pernah juga kamu membelaku disaat temanmu sepertinya tidak menyukai aku dan kamu dekat.
"Ah dia sih bukan seperti kamu tipenya" ujar teman wanitamu. Aku cuma terdiam sambil berpura-pura memainkan laptopku.
"Ih gak juga, bisa kok" jawabmu dengan cepat dan kita saling tatap. Terima kasih sudah menguatkanku lewat tatapanmu. Disini aku pernah ingin menjauh darimu. Mungkin kamu juga terasa aku menjauhimu.
Pernah juga kamu sangat excited manggil aku buat nunjukkan skripsimu dan menyuruhku mencari perbedaan dicovernya. Pernah juga ketika aku minta tolong, kamu dengan cepat datang dan menolongku.
Dan pernah diagenda terakhir organisasi kita, kamu gak datang. Ya aku sedih sih tapi mau bagaimana lagi.
"Kok kamu gak nelfon aku? Aku ketiduran" ujarmu.
"Lah, kok aku? Ya udah gakpapa kok gak datang"
"Tapi itukan agenda terakhir"
"Maaf ya".
Ya, biasanya memang aku yang sering menelfonnya ketika ada agenda dan dia belum datang. Ntah kenapa dihari itu aku juga lupa menelfonnya.
Ya, itulah beberapa cerita selama setahun kita diorganisasi. Sebenarnya masih banyak cuma ya segitu sajalah.
Ya, seperti lagunya Tulus yang akhir ini sering aku dengar.
"Perjalanan membawamu bertemu denganku, ku bertemu kamu. Sepertimu yang ku cari, konon aku juga seperti yang kau cari. Ku kira kita asam dan garam dan kita bertemu di belanga. Kisah yang ternyata tak seindah itu. Ku kira kita akan bersama. Begitu banyak yang sama latarmu dan latarku. Kukira takkan ada kendala. Ku kira ini 'kan mudah kau aku jadi kita."
Terima kasih Tulus sudah menciptakan lagu seindah ini.
Beberapa bulan belakangan ini, sering kulihat kamu membagikan cerita bersama seorang wanita. Kamu tahu aku menangis melihatnya. Iya, menangis. Disaat hari bahagiamu, bukan aku yang ada didekatmu. Ada wanita lain. Ya bukan salahmu. Sudah kubilang dari awalkan, ini memang salahku. Salahku menaruh rasa kepadamu.
Tak lama kudengar lagi beritamu dari teman dekatku.
"Kata sepupuku, mereka dijodohkan" ujarnya
"Dijodohkan?"
"Sabar ya, semoga kamu dapat yang lebih baik".
Aku lelah. Sungguh lelah. "Tuhan, apakah cerita ini sudah harus diakhiri? Apakah ini jawaban dari doaku?"
Aku gak tahu kamu akan baca ini atau nggak. Kalau kamu baca, ya ini cerita tentangmu. Tentang aku dan kamu yang belum sempat menjadi kita. Kamu orang baik dan semoga dia adalah wanita baik yang akan selalu mendampingimu didalam suka dan duka.
Terima kasih sudah mengisi hari-hariku dulu. Terima kasih sudah menjadi salah satu kebahagianku disaat masalahku sedang dipuncaknya. Terima kasih sudah pernah meyakinkan aku untuk mengambil keputusan. Terima kasih. Semoga kamu selalu bahagia.
Singkawang, 11 Maret 2021




Comments
Post a Comment